OBSERVASI
LAPANGAN
FAKULTAS
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS
MUSLIM INDONESIA Makassar, 22 Desember 2013
NARASI OBSERVASI
LAPANGAN
Nama : Andi Nurul Fasty Batari
Stambuk : 110 213 013
Tempat : Rumah Sakit Ibnu Sina
Dosen
Pembimbing : dr. Hermiaty N. , M.Kes.
FAKULTAS
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2013
Gambaran Umum
Saya adalah salah satu mahasiswa
fakultas kedokteran di Universitas Muslim Indonesia Makassar dan merupakan
anggota dari kelompok 7B, jumlah
kelompok kami terdiri dari 11 orang, dan
kelompok kami mendapat kesempatan pada hari Kamis, 19 Desembaer 2013 untuk melakukan
observasi lapangan di rumah sakit Ibnu Shina. Tujuan observasi kami adalah untuk agar dapat mengenal lebih dini
lingkungan layanan kesehatan dengan segala kompleksitasnya, memahami pola
interaksi yang terjadi pada hubugan interpersonal di lingkungan profesi
kesehatan, memahami nilai-nilai yang mendukung perilaku professional yang harus
dimiliki oleh seorang dokter. Rumah sakit ini terletak di Jalan Urip Sumoharjo Km. 05 Makassar.
Rumah sakit ini terletak di pertengahan kota yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Rumah Sakit ini juga cukup luas.
Ketika kami tiba di Rumah sakit Ibnu Sina, terlebih dahulu saya menunggu ketua kelompok saya,
Muhammad Fauzan untuk mengajukan surat pengantar dari Fakultas Keokteran UMI agar
dapat melakukan observasi lapangan, yang mana surat permohonan tersebut harus
disampaikan ke bagian Diklat rumah sakit, sementara itu
kami, para anggota kelompok yang lain menunggu di pintu utama RS. Terlihat di setiap sudut rumah sakit banyak pegawai yang
tengah sibuk dengan tugasnya masing-masing. Beberapa saat
kemudian, ketua kelompok kami pun kembali dan membagi kami menjadi tiga
kelompok sesuai bagian/departemen yang akan
diobservasi. Dan kami pun dibagi secara rata, ada yang di bagian instalasi
gawat darurat, keperawatan, dan poliklinik. Saya, bersama tiga orang teman saya
yang lainnya (Anna Mutia, Ade Ikhmaniar, dan Maulani Nur) mendapat
tanggungjawab mengamati bagian IGD. Dan kami pun dengan segera menuju ruang
IGD.
Observasi di Ruang IGD
Kami pun
diantar oleh ketua kelompok kami ke ruang IGD agar dapat mengajukan surat izin
ke penanggungjawab IGD. Kami pun diiizinkan dengan ramah untuk meakukan
observasi lapangan di ruang IGD. Saat kami masuk ke ruang IGD, kami pun melihat
seorang security yang menjaga pintu masuk IGD, sekitar sembilan perawat, enam
pasien, dan seorang dokter residen. Kami pun disambut baik oleh suster senior,
yaitu suster Yuni, beliau pun mengarahkan kami dan memberikan kesempatan untuk
sesi tanya jawab. Suster Yuni menjelaskan pada kami bagaimana prosedur di IGD
yang cepat & tepat. Pada pasien IGD yang tidak gawat darurat, akan
ditangani oleh perawat terlebih dahulu, dan pasien yang telah gawat darurat,
akan langsung ditangani oleh dokter jaga. Pendataan pasien gawat darurat pun
dilakukan tergantung dengan kondisi pasien saat tiba di IGD. Tidak ada
perbedaan pelayanan antara pasien yang menggunakan jasa jaminan kesehatan dan
tidak.
Saat kami menanyakan tentang jadwal dinas IGD,
tiba-tiba datang seorang ibu yang menggendong anaknya, ia meminta agar anaknya
segera dirawat karena sudah step, suster pun menimbang berat si anak, lalu
dibawa ke tempat perawatannya, dokter dan para suster pun sigap menindaklanjuti
anak yang step tadi.
Beberapa saat kemudian, suster Yuli pun kembali
setelah selesai merawat pasien yang baru masuk tadi, kami pun melanjutkan
pertanyaan kami. Suster Yuni pun menjelaskan, agar tidak ada kesalahpahaman
antara tim medis dan keluarga pasien, diperlukan komunikasi yang baik, harus
selalu ada izin keluarga/wali di setiap tindakan, terkecuali sudah gawat
darurat. Kami pun menanyakan tentang peran dokter muda (coass) di IGD, dan
peran para coass adalah melakukan anamnesis. Ada pun beberapa keluhan dari
suster Yuni yaitu ketidaksiplinan dokter di tempat, sarana prasarana yang belum
memadai.
Setelah itu, kami pun mulai melihat sekitar IGD,
saya melihat pasien anak kecil yang baru masuk tadi menjerit menangis,
nampaknya ia takut jarum suntik, sedangkan perawat harus memasangkan infuse ke
intravena si anak. Para suster berusaha menenangkan pasien, begitu pula ibu
dari pasien. Di seberang tempat tidur pasien ini, saya juga mengamati ada
pasien yang tidak ingin diperiksa, sang dokter pun memberikan pengertian,
begitupula ibu dari pasien, mereka membujuk bersama, agar pasien/gadis ini
ingin diperiksa. Dan beberapa saat kemudian, dokter pun dapat melakukan
pemeriksaan kecil dan anamnesis ke pasien perempuan itu.
Tiba-tiba,
ada lagi pasien yang datang sudah dalam kondisi lemas dan kejang, ia sudah
dibaringkan di atas tempat tidur dorong, lalu sebagian perawat mendekati dengan
berbagai persiapan, mulai dari infuse, suntik, stetoskop, teni, dsb. Pasien ini
seorang anak kecil, ia ditangani oleh perawat terlebih dahulu, karena dokter
residen tadi masih merawat pasien perempuan tadi. Denyut nadi, suhu, reflex
kornea, diperiksa oleh perawat, lalu menanyakan beberapa pertanyaan ke keluarga
pasien, penambahan cairan pun dilakukan, dan memasang infuse ke anak itu pun
tidak mudah, sama seperti pasien anak kecil sebelumnya, tetapi sekali lagi
dengan ditenangkan oleh perawat dan keluarga pasien, sesekali, nama anak
dipanggil oleh perawat agar lebih tenang, dan infuse pun terpasang. Lalu,
dokter pun mendatangi pasien ini, memastikan keadaan, melakukan anamnesis, dan
menjelaskannya ke keluarga dokter.
Lalu, para suster pun melanjutkan tugasnya
masing-masing di setiap bagian dan dokter mengisi kertas hasil data anamnesis.
Suasana IGD mulai tenang, kami sekelompok pun berpencar mewawancarai pasien.
Saya sendiri mewawancarai seorang pasien anak kecil, Muhammad Fairun, yang
kebetulan ayahnya adalah salah seorang pegawai JAMKESNAS. Kami pin menanyakan
bagaimana pendapatnya tentang pelayanan medis yang telah dijalani Fairun. Ayah
Fairun pun memberi kesan yang baik tentang perawatan di IGD yang cepat, ia
sempat melarang tim medis memasang infuse untuk anaknya, namun, setelah diberi
penjelasan dari dokter jaga, ia pun mnyetujuinya. Saat kami menunggu sedikit
waktu senggang dari sang dokter agar kami dapat mewawancarainya, datang seorang
perawat yang melapor ke dokter bahwa ada pasien yang ingin keluar, dokter pun
menghampiri pasien dan keluarganya. Dokter menghimbau pada keluarga pasien
untuk melakukan pemeriksaan ulang. Dokter mengecek kemungkinan-kemungkinan yang
dari penyakit pasien, menjelaskan ulang ke keluarga pasien, dan pasien pun
diberi izin untuk keluar.
Setelah
itu, sembari menunggu senggang waktu dokter, saya pun penasaran tentang peran
security di IGD selain menjaga ketertiban IGD. Saya pun melakukan sedikit
wawancara ke pak Security yang bernama Edi J. Ia telah bekerja selama
8 tahun.
Security
pun mendapat peran dalam pelayanan membantu pasien, seperti:
- Pengamanan sekitar rumah sakit demi kelancaran jalur ambulans, membantu perawat laki-laki dalam hal tertentu.
- Menjaga ketertiban UGD sesuai prosedur rumah sakit.
- Penjagaan 24 jam
Saya juga menanyakan bagaimana kesannya saat membawa
keluarganya yang sakit ke rumah sakit ini, ia merasa tidak ada perbedaan pelayanan
perawatan/pemeriksaan sebagai pegawai rumah sakit.
Setelah melakukan wawancara dengan pak Edi, teman
saya pun juga sudah selesai mewawancarai dokter. Kami pun mohon pamit dan
berterimakasih kepada seluruh petugas medis di IGD. Saat kami keluar, kami pun
duduk bersama di depan IGD, kami mengumpulkan informasi mengenai wawancara kami
masing-masing, dan kami merasa kurang puas karena adanya perbedaan kesan yang
sangat jauh antara hasil wawancara satu dengan yang lainnya. Kami pun melihat
ada seorang perempuan yang baru saja keluar dari IGD sambil membawa kartu
JAMKESNAS, kami pun menghampirinya dan menanyakan, apakah ia seorang wali dari
pasien IGD. Ia pun berkata bahwa adiknya dirawat di IGD, dan kami pun meminta
izinnya untuk bertanya sedikit pertanyaan. Kami bertanya kepada dua wali pasien
IGD, dan kesannya adalah pelayanan yang telat, dokter yang tidak disiplin,
beberapa perawat yang cuek, penjelasan dari perawat yang kurang jelas, dan ia
merasa pelayanan yang kurang ini disebabkan karena ia menggunakan jasa jaminan
kesehatan. Kebetulan saat saya sedang mewawancara dua psien ini, saya langsung
dapat melihat pelayanan di bagian jasa jaminan kesehatan yang menggambarkan
muka tidak ramah di depan saya, di belakang narasumber saya.
Setelah mengumpulkan informasi dari IGD tadi, kami
pun berkumpul di pintu masuk rumah sakit, sambil menunggu teman-teman yang
belum tiba, kami pun saling berbagi cerita hasil observasi kami. Begitu banyak
yang kami dapat dari observasi kami, kami merasa sangat bersyukur menjadi
mahasiswa fakultas kedokteran UMI, hingga kami mendapat kesempatan untuk
menalar lebih jauh mengenai bioetik humaniora dalam berbagai segi, baik dari
autonomy, non malafience, justice, dan beneficence. Tak lupa, motivasi kami
semakin meningkat setelah melihat kesibukan para dokter di koridor rumahsakit.
Semoga metode pembelajaran seperti ini dipertahankan dan selalu ditingkatkan.
Kesimpulan
Dari hasil observasi yang kami
lakukan , dengan melihat berbagai aspek pada rumah sakit Ibnu Sina, dapat
disimpulkan bahwa rumah sakit tersebut memiliki kualitas dan pelayanan yang cukup baik, itu terlihat dari fasilitas rumah sakit, walaupun memang masih belum lengkap,
tetapi untuk kebutuhan primer sudah terpenuhi. Hubungan
antara dokter dengan perawat atau tim, pasien, dan kawan
sejawat pada rumah sakit tersebut sangat baik, serta pelayanan pada pasien dengan mengutamakan informed consentdan selalu berlandaskan autonomy, non – maleficence, beneficence dan justice, seperti
menjelaskan secara detail kondisi pasien dan memanggil dengan namanya, melayani
pasien gawat darurat dengan segera, menolong pasien. Tetapi, dalam hal justice,
menurut beberapa pasien, profesionalisme dokter masih kurang, dan sayangnya
pula, dari pelayanan, menurut beberapa pasien, masih ada perbedaan antara
pasien pengguna jasa jaminan kesehatan dan tidak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar